Tuesday, January 19, 2010

Jalan-jalan

Berjalan mengitari sudut kota yang sunyi senyap, karena orang-orang belum dibangunkan oleh sinar matahari. Melihat dan melewati sebuah stasiun tua yang berumur lebih tua dari pak Asan, pagi itu udara begitu menusuk seiring kususuri setiap rel nya, yang menujukanku pada sebuah gardu tempat para polisi berjaga. Aku berjalan di semak-semak hijau sebelah rel menuju gardu tersebut. “fuh…” sama saja ,belum ada satupun orang disana, perasaan sepi begitu tertambat di hati. Dari gardu itu sedikit menoleh ke selatan “waw… indah sekali” hamparan lautan membentang dari ufuk timur hingga ke barat.. suaranya selalu terdengar seperti sedang bernyanyi untuk ku, sebuah nyanyian alam yang begitu sayang untuk dilewatkan. Hamparan laut yang biru telah membius mataku, untuk tidak menoleh ketempat lain. Inilah rute perjalananku setiap pagi, melihat kota sepi yang tertutup ketenangan dan kedamaian.


Rumah tempatku numpang berada tidak jauh dari kota. Aku biasa melihat apa yang kulihat sekarang dari lantai dua rumah tersebut, sebuah rumah yang sederhana tetapi memiliki nilai yang unik bagiku. Setiap ruangan pun tertata rapi dan bersih meski tetangganya berkata, penghuni rumah itu adalah orang-orang yang malas. Mungkin aku termasuk didalam komunitas malas tersebut. Ketika melihat stasiun kereta tua dan hamparan laut dari lantai dua rumah pemalas itu, biasanya saat itu aku baru sadar, jauh juga aku berjalan. Kini kulempar pengap hari kemarin dengan menghirup udara pagi segar di kota ini, mungkin ini adalah fungsi jalan-jalan yang rutin aku lakukan. Mataku tidak lepas melihat indahnya laut yang mengucapkan selamat pagi pada dunia, seakan memberitahuku bahwa selamanya tidak akan ada perang. Sejenak duduk di pembatas jalan yang terbuat dari besi dan mengarah ke laut itu… merenungkan setiap detik yang telah kulalui dan merencanakan setiap detik yang akan kulalui. Ya ya ku akui kadang-kadang juga melamunkan kesendirian ku, tapi semua kesedihan dan kesepian itu perlahan-lahan hilang dibawa suara ombak yang meraung, membawanya pergi kebenua yang lain.


Sekarang hati sudah tenang, berarti saatnya melihat langit dan menitipkan salam pada langit untuk keluarga dan teman-teman ku yang berada di belahan dunia nan jauh disana, karena langit itu menghubungkan dunia. Ketika merindukan orang yang jauh, aku selalu melihat langit, berharap ia juga melihatnya dan kita akan saling terhubung, wah… seperti cerita Bu Matsuzaka pada komik shinchan, karya yoshito usui saja, aku memang penggemar komik jenaka ini..., Ada suara sayup-sayup seperti radio, sedikit berusaha untuk mengidentifikasi lagunya yang sepertinya aku pernah mendengarnya. Dan dari hasil penyidikan beberapa detik, aku bisa yakinkan ke diriku bahwa ini lagu Yui yang berjudul I Remmember You. Baru tersadar ternyata warung makanan yang berada tepat dibelakangku sudah mau buka. Berarti sudah jam6.30. waw cukup lama juga aku melamun.


Saatnya meninggalkan pantai yang kata orang menyimpan 1000 kisah romantis. Semoga itu juga terjadi padaku. Bernostalgia dengan laut memang sangat menyenangkan, tetapi hidup tidak boleh diperuntukan hanya untuk mengenang masa lampau dan menyesalinya, kita juga musti melihat kedepan kan?. Selamat tinggal pantai, paling nanti kita ketemu lagi. Melewati lorong-lorong perumahan sudah kewajiban bila ingin pulang kerumah, sebuah jalan sempit yang hanya bisa dilalui satu mobil. “Wahhh,” banyak yang sudah bangun, ada yang menyapu halaman rumahnya, membuka jendela, bahkan ada yang berlari-larian adu cepat dengan waktu. Itu berarti saatnya melakukan tugas berikutnya, memberikan senyuman dan sapaan “hari ini cerah ya” pada para tetanggaku ini. Hemmm akhirnya pulang dengan rasa bahagia, wah ternyata aku sudah ditunggu untuk sarapan, jadi tidak enak. Petualanganku di pagi ini usai sudah, memang sangat menyegarkan tubuh, bejalan kaki mengitari pinggir kota Fukuoka.

No comments:

Post a Comment